Jumat, 31 Desember 2010

♥♠ Time to Clean Up ♠♥

Salah satu tradisi yang biasa dilakukan oleh orang China saat menyambut tahun baru adalah bersih-bersih rumah. Kegiatan bersih-bersih pantai Ancol juga pernah diadakan oleh Gubernur DKI Fauzi Bowo di awal tahun 2010 lalu. Emang yang namanya menyambut tahun baru, identik dengan membersihkan diri dan menata hidup yang baru. Filosofi dari tradisi Imlek orang China bahkan berujar, “Debu tahun kemarin jangan sampai masih ada yang nempel di dalam rumah di tahun baru.” Bila ada hutang-hutang yang sudah jatuh tempo juga segera dilunasi. Moment pergantian tahun dipakai untuk berbenah diri dan mempersiapkan diri menerima berkat yang baru.

Kalau untuk urusan rumah dan perabotan aja kita membersihkannya secara khusus menjelang tahun baru, apalagi seharusnya hati dan kehidupan kita. Hari ini adalah hari terakhir di tahun ini. Coba deh renungkan sejenak apa yang telah kita lakukan sepanjang tahun ini? Sudahkah kita memaksimalkan waktu hidup ini untuk melakukan kehendak Bapa? Ataukah kita masih berfokus pada kesenangan diri sendiri dan banyak mendukakan hati Tuhan?

Sepanjang tahun ini tentunya banyak peristiwa yang sudah kita alami. Ada yang bikin hepi, ada juga yang bikin kita nangis sedih. However, sebagai orang percaya kita harus menyadari bahwa setiap proses kehidupan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan kita semuanya itu baik untuk kita. Bahkan hal buruk seklaipun dapat membuat kita jadi lebih baik kalau kita bisa belajar sesuatu dari sana. Ketika pengalaman menyakitkan harus kita lamai, disitulah kita belajar untuk menjadi pribadi yang lebih kuat, sabar dan rela mengampuni. Jangan ijinkan ada kepahitan hati yang masih tersimpan di hati kita, untuk kita bawa terus menerus memasuki tahun yang akan datang.

It’s time to clean up the mess, girls! Benahi apa yang keliru. Buang semua yang buruk dan merugikan dan gantilah dengan hal-hal yang dari Tuhan. Belajarlah dari setiap kegagalan yang kita lami dan mengucap syukurlah atas hal yang telah kita alami.

Rabu, 22 Desember 2010

..♥Thank You Mom!♥..


Seorang gadis bertengkar dengan ibunya, lalu kabur dari rumah. Tanpa membawa bekal sedikit pun ia menggelandang di jalanan dengan wajah sedih bercampur marah. Hari sudah gelap dan perutnya mulai lapar. Saat melewati warung bakmi, tercium aroma bakmi yang menerbitkan air liur. Ia cuma berani menatap warung itu sambil menelan ludah. Beberapa saat kemudian, pemilik warung bakmi itu melambaikan tangan memanggilnya. “Mau bakmi?” tanyanya ramah. “Mau, Pak. Tapi saya nggak punya uang.” Jawabnya malu. “Nggak apa-apa.” jawab si Bapak. Pemilik warung yang baik hati itu menghidangkan semangkuk bakmi panas. Gadis itu makan dengan lahap. Sebentar kemudian ia menitikkan air mata, sambil berkata lirih, “Bahkan orang yang baru kukenal saja memberiku semangkuk bakmi. Tetapi ibuku sendiri mengusirku dari rumah setelah bertengkar denganku. Bapak sangat baik kepadaku meskipun Bapak tidak mengenalku. Terima kasih, Pak.”
Mendengar itu, pemilik warung menghela napas panjang lalu berkata, “Nak, kenapa kau berpikir seperti itu? Aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu sudah memasak bakmi dan nasi untukmu sejak kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya?” Bagai disambar petir, gadis itu tersadar. Ia segera mengucapkan terima kasih dan bergegas pulang ke rumah. Ibunya sudah menunggunya di depan pintu dengan wajah letih dan cemas. “Nak, kau sudah pulang, cepat masuklah, ibu sudah manyiapkan makan malam untukmu. Makanlah dahulu sebelum kau tidur. Makanlah sekarang sebelum makanan menjadi dingin.
Kasih Ibu nggak pernah berubah. Mungkin justru karena itulah kita malahan menyepelekannya, karena setiap hari kita bisa mendapatkannya berlimpah-limpah. Kita lupa ato ngerasa nggak perlu berterima kasih buat semua pengorbanan Mama untuk kita selama ini. Malahan kita seringkali bertengkar dengannya gara-gara masalah sepele. Kita bahkan berani melawannya demi ngebelaiin pacar yang baru menyayangi kita ‘kemarin sore’. Girls, today is mother’s day. Pakailah moment ini untuk berterima kasih pada ibu kita. Selagi masih ada kesempatan bagi kita.  

Minggu, 19 Desember 2010

Get New Friends Easily

Masuk ke sekolah baru emang ngga gampang. Kamu harus beradaptasi, dan itu butuh usaha yang ngga sedikit. Semuanya nampak begitu asing, dan bahkan kamu bisa jadi ngga tahu di mana kelasmu. Cari teman baru pun juga sepertinya jadi susah banget, apalagi kalo semua orang nampaknya udah punya geng sendiri-sendiri. Namun, kamu sebenarnya bisa beradaptasi di lingkungan barumu itu dengan baik dan punya temen dengan cepat dan mudah. How? These might help you…

1. Be Nice to Everyone
Pasanglah muka ramah kepada semua orang, baik yang sama-sama baru masuk maupun kakak kelas. Lempar senyum untuk semua orang yang berpapasan denganmu saat jalan. Senyumnya yang natural aja, jangan berlebihan!

2. Take a Deep Breath
Ngga perlu gugup, kamu itu pergi ke sekolah baru, bukan tiang gantung. Ingatlah bahwa di sana nanti kamu akan ketemu dengan teman-teman yang sebaya denganmu. Kamu akan ketemu dengan teman-teman yang menyukaimu. Jangna pikir orang lain negative sebelum kamu kenal dengan mereka.

3. Be Yourself
Jangan pernah mencoba jadi orang lain agar “diterima”. Jika ada orang yang tidak mau menerima dirimu apa adanya kamu, maka mereka tidak bisa dianggap sebagai teman. Ngga perlu kuatir, pasti ada orang-orang yang bisa terima kamu apa adanya.

4. Hygienic
Tidak ada kesan pertama yang lebih buruk daripada bau napas yang bisa bikin orang lain pingsan, xixixi. So, Girls, jaga kebersihan tubuhmu, rajinlah mandi, pakai deodorant, sikat gigimu dan keramas secara rutin. First impression is important!

5. Be Open
Saat kamu jalan dan melewati siswa lain, jangan membaca buku atau berjalan sambil memandang lantai. Angkat dagumu dan make eye contact dengan siswa lain. Kalau kamu kenal dengan salah satu dari mereka, smile or say “hi”.

6. Move First
Di mana pun, kamu bisa menemukan seseorang yang memiliki minat sama denganmu, yang perlu kamu tahu hanyalah bagaimana mendekatinya. Bukalah sebuah obrolan, tersenyumlah kepadanya dan berikan pujian, dan tentu saja, kenalkan dirimu –- siapa namanu dan di mana kamu tinggal.

7. Do Something for Others
Sisakan tempat untuk salah seorang teman yang baru kamu kenal saat ekstrakurikuler klub bahasa misalnya. Atau, bagi jajanan yang kamu beli dengan teman semejamu saat di kelas. Hal-hal seperti itu akan membuatmu mudah mendapatkan teman.

8. Join After School Activities
Ekstrakurikuler drama, paduan suara, menari klub bahasa asing dan sebagainya bisa kamu ikuti. Meski kamu belum kenal dengan seorang pun, di tempat itu nantinya kamu akan dapat teman. Orang yang memiliki minat yang sama biasanya gampang akrab.

9. Seat Position
Posisi duduk di kelas sangat menentukan apakah kamu akan gampang mendapat teman baru atau tidak. Jangan duduk di bagian belakang di mana orang lain tidak akan memerhatikanmu. Cobalah duduk di bagian tengah sehingga kamu berada si antara siswa lain dan dapat memulai percakapan.

10. Meet Old Friends
Kebanyakan siswa baru punya teman dari sekolah yang lama, nah pakai keuntungan itu untuk mendapat temen-temen baru. Temui mereka untuk sekedar mengobrol, siapa tahu mereka sudah punya teman baru yang nantinya juga bisa jadi temanmu.

11. Be Confident
Percaya dirilah dalam semua yang kamu lakukan. Banyak orang suka dengan orang yang punya kepercayaan diri. Tapi ingat, sesuatu yang kebablasan juga ngga baek. So, percaya dirilah dalam batas yang wajar.

12. Hang Out
Kalau kamu udah kenal dengan satu atau beberapa teman, ajak mereka untuk hang out bareng. Ini bisa buat hubungan pertemananmu yang masih fresh menjadi semakin akrab.



Minggu, 12 Desember 2010

Curhat ato Gosip???


Seringkali kita justru tidak menyadari bahwa diri kita tengah bergosip. Lebih banyak orang begosip karena “tidak sengaja”, “keceplosan”, semula berniat curhat, menganggap orang yang kita beritahu bakalan bisa menyimpan rahasia, dsb. Intinya, jarang banget orang bergosip dengan sengaja bermotivasi menggosipkan orang-orang tertentu terutama teman-teman mereka. So, biar curhatan kita enggak berubah menjadi gossip? Apa yang harus kita lakukan?
Sadari bahwa perkataan tidak pernah bisa ditarik kembali
Apa yang sudah pernah kita ucapkan tidak akan pernah bisa ditarik kembali. Kita memang masih bisa memperbaikinya, namun tidak dapat menariknya kembali. So, be very careful! Berhati-hatilah dalam mengucapkan setiap kata dengan mulut kita. Ketika tiba-tiba kita menyadari bahwa pembicaraan akan segera beralih menjadi sebuah gossip, segera keluar dari situasi kita. Alihkan topic pembicaraan atau akhiri pembicaraan daripada kita terhanyut di dalamnya.
Jangan berprasangka!
Awal dari sebuah rumor adalah ketika seseorang menganalisa dan mengambil kesimpulan sendiri atas apa yang dilihatnya. Meskipun semuanya nampak sangat cocok dengan perkiraan kita, jangan menyimpulkan tanpa bertanya pada yang bersangkutan. Tidak semua yang kita anggap benar adalah kebenaran. Siapa tahu salah dan malahan menjadi biang gossip serta pemfitnah. 

Biarlah perkataanmu sedikit!
Amsal 10:19 berkata “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibinya, berakal budi.” Semakin banyak kita berkata-kata, semakin besar kemungkinan kita salah berucap. Terutama karena kita ini cewek yang konon umumnya mengeluarkan 15.000 kata per hari. Jangan jadikan hal itu sebagai alasan untuk kita mudah terjebak dalam kebiasaan bergosip. Kurangi perkataan kita, khususnya yang menyangkut orang lain. Apalagi kalo hal itu sebenarnya enggak ada urusannya dengan kita.
Pahami aturan berbicara kepada pihak ketiga!
Membicarakan soal orang lain ada aturannya. Setidaknya, tanyakan 5 hal dibawah ini kepada diri kita sendiri, sebelum kita membicarakan orang lain.
1.      Apakah itu benar?
2.      Apakah itu baik?
3.      Apakah perlu diceritakan?
4.      Apakah menguntungkan semua pihak terkait?
5.      Apakah Anda diberi izin oleh orang yang bersangkutan untuk menceritakannya?
Miliki Integritas!
Orang yang bermuka dua, tidak hanya menjengkelkan tapi juga menakutkan karena mereka tidak bisa dipercaya namun nampaknya bisa! Miliki integritas dalam perkataan kita! Sebuah kalimat bijak dari Max Lucado ini bisa kita jadikan pedoman: “Jangan pernah mengatakan apapun tentang siapapun di belakang mereka, yang tak akan Anda ucapkan di depan mereka!”

Minggu, 05 Desember 2010

::..Sahabat Sesaat..::

Gadis itu berusia 6 tahun saat pertama kali aku bertemu dengannya di sebuah pantai dekat rumahku. Aku pergi ke pantai itu, yang jaraknya sekitar 5 km dari rumahku, saat aku merasa sedih. Saat itu dia sedang membangun istana pasir dan kemudian menengadah menatapku, matanya sebiru warna laut.

“Halo,” katanya. Aku menjawab dengan sebuah anggukan. Aku sedang tidak ingin diganggu, apalagi oleh anak kecil. “Aku sedang membangun sesuatu, “katanya. “Aku tahu. Membangun apa?” tanyaku basa-basi dan tidak benar-benar peduli. “Oh, aku tidak tahu, aku Cuma senang saja dengan pasir.” Baguslah, pikirku sambil melepas sepatuku. Seekor burung kedidi nampak terbang melayang. “Itu adalah kebahagian,” kata anak itu. “Itu apa?” “Kebahagiaan. Ibuku bilang burung kedidi itu datang untuk memberi kita kebahagiaan.” Burung itu meluncur turun ke permukaan air laut. “Selamat tinggal bahagia,” gumanku, “selamat datang derita,” sambil kemudian melangkah pergi. Aku merasa sangat sedih, hidupku berantakan.

“Siapa namamu?” ia tidak menyerah. “Robert,” jawabku. “Namaku Robert Peterson.” “Namaku Wendy… usiaku 6 tahun.” “Hai Wendy.” Ia tertawa geli. “Kamu lucu,” katanya. Meski sedih, aku tersenyum dan terus berjalan. Tawa gelinya mengikutiku. “Mr.P, besok datang sini lagi ya,” teriaknya. “Besok kita akan mengalami hari yang menyenangkan lagi.”

Berminggu-minggu setelah itu, aku baru ke pantai itu lagi. “Aku butuh melihat buurung kedidi,” pikirku saat itu. Begitulah aku ada di pantai, mencari ketenangan. Aku sudah melupakan anak itu ketika kemudian ia muncul.

“Halo Mr.P,“ katanya. “Apa kamu ingin main?” “Mau main apa?” tanyaku dengan sedikit merasa terganggu. “Aku tidak tahu, kamu saja yang menentukan.” “Bagaimana kalau main tebak kata?” tanyaku. Ia tertawa, “Apa itu? Aku tidak bisa.” “Yah, kalau begitu kita jalan-jalan saja,” tanyaku. “Di sana,” jawabnya sambil menunjuk ke sebuah deretan pondok. Aneh, pikirku, kenapa ia tinggal di situ pada musim dingin seperti ini.

“Wendy, kalau kamu tidak keberatan,” kataku langsung kepada Wendy, “aku ingin sendirian hari ini.” “Tidak seperti biasanya, ia nampak pucat. “Mengapa?” tanyanya. Aku berpaling kepadanya dan berteriak, “Karena ibuku baru saja meninggal!” “Ya Tuhan, kenapa aku berkata seperti itu kepada seorang anak kecil?” batinku. “Oh,” ia menjawab pelan, “kalau begitu ini bukan hari yang menyenangkan.” “Benar,” kataku, “kemarin-kemarin pun juga.” “Apa menyakitkan?” tanyanya. “Tentu saja iya,” kataku jengkel kepadanya dan kepada diriku sendiri sambil berjalan menjauh darinya.

Sebulan setelah itu, aku pergi ke pantai lagi. Ia tidak ada di sana. Aku merasa bersalah kepadanya dan benar saat itu aku merindukannya. Maka, aku pergi ke pondok tempat ia tinggal dan mengetuk pintunya. Seorang wanita muda membuka pintu.

“Halo,” kataku, “Aku Robert Peterson. Aku merindukan Wendy hari ini, apa ia ada?” “Oh ya, Pak Peterson, silakan masuk. Wendy banyak cerita tentangmu. Maaf jika ia mengganggu dan membuatmu jengkel,” katanya. “Oh tidak, ia anak yang baik,” kataku. “Wendy meninggal minggu lalu, Pak Peterson. Ia menderita leukemia. Mungkin ia tidak mengatakannya kepada Anda.”

Kaget setengah mati, aku meraih sebuah kursi dan duduk. “Ia sangat mencintai pantai ini, jadi saat dia meminta untuk tinggal di sini, kami tidak bisa menolaknya. Ia lebih bahagia di sini dan hari-harinya menyenagkan. Tapi minggu lalu, keadaannya menurun drastis…” suaranya terputus-putus. “Ia meninggalkan sesuatu untuk Anda. Tunggu sebentar ya, aku akan mencarinya.”

Aku mengangguk. Sesaat kemudian, wanita muda itu memberiku sebuah amplop yang betuliskan Mr.P. Tampak dari modelnya, Wendy sendiri yang menulisnya. Di dalamnya adalah sebuah lukisan dengan warna crayon --- sebuah lukisan pantai berwarna kuning lengkap dengan lautnya yang berwarna biru dan sebuah burung berwarna cokelat. Di bawah lukisan itu tertulis: Seekor Burung Kedidi untuk Memberimu Kebahagiaan. Mataku berlinang air mata. Aku memeluk ibu Wendy. ”Aku minta maaf, aku minta maaf, aku minta maaf,” kataku berulang kali diiringi aliran air mata di pipiku.

Lukisan yang berharga itu aku bingkai dan aku gantung di kamarku. Enam kata – yang masing-masing mewakili setiap tahun umurnya – mengajariku akan sebuah kasih yang tidak menuntut. Wendy, sahabat sesaatku, sudah menyadarkanku mengenai anugerah kasih yang ada di dunia ini.