Minggu, 31 Oktober 2010

█◘ Walking Up In Good Mood ◘█


Gimana mood-mu selama ini saat bangun di pagi hari? Good or bad? Kalo selama ini yang kamu alami kebanyakan adalah bad mood, sampe-sampe kamu labelin dirimu sendiri dengan istilah “not a morning girl”, lebih baek kamu coba deh tips-tips yang berikut ini! 

1. Let The Morning Sunshine Comes Through
Usahakan sinar matahari pagi bisa menembus kamarmu, hingga akhirnya menyentuh tubuhmu yang masih tidur pulas. Biarkan sinar matahari itu membangunkanmu. Sinar matahari pagi itu nggak hanya sehat, namun juga akan ngedongkrak mood.

2. No Snooze 
Jangan nyalain mode snooze untuk jam alarm yang biasa kamu pake, entah itu jam weker atau hape. Pasang jam alarm pada jam kamu pengen bangun ‘n bangunlah saat alarm itu nyala. Bangun karena dering alarm ‘n then tidur lagi sampai alarm itu bunyi lagi beberapa menit kemudian (coz the snooze mode is on) justru bikin tidurmu nggak enak. Ujung-ujungnya bete dah!

3. Say No to Foods 
Tunggu doeloe... ini bukan berarti kamu ngga boleh makan apa pun, yang dimaksud disini adalah kamu kudu menghindari makan apa pun dalam jangka waktu 3 jam sebelum tidur. Sistem pencernaan yang bekerja mengolah makanan kadang bisa ngebuat tidurmu terganggu. 
 
4. Get All Tasks Done 
Kalo kamu ada tugas di sekolah buat esok hari, maka kerjakanlah tugas itu sampe selesai sebelum kamu tidur. Kalo kamu ada ulangan, ya belajarlah sampe selesai sebelum kamu tidur. Beberapa orang jadi bad mood saat bangun tidur karena langsung kepikiran tugas-tugas yang belum selesai dikerjain.

5. Adjust The Temperature 
Kalo kamu punya AC di kamar, sesuaikan temperaturnya sehingga kamu ngga terlalu kedinginan, namun juga ngga kepanasan saat bangun pagi. Panas atau dingin yang terlalu ekstrem berpengaruh banget sama mood-mu saat bangun pagi. 

6. Get Enough Sleep 
Tidur cukup, ini penting banget! Biasanya, lama tidur malem yang sehat tuh 7-8 jam. So usahakan kamu bisa memenuhi waktu selama itu buat tidur malem. Kurang tidur akan buat badan jadi engga enak ‘n mata masih ngantuk. Surely, hal seperti itu bakal bikin kamu bad mood.

7. Positive Thinking 
Kebanyakan orang bad mood saat bangun tidur karena mikirin apa yang akan ia lalui hari itu. So, usahakan kamu selalu positive thinking. Optimis melalui hari itu meski mungkin hari itu kamu bakal ada tes yang sulit, ngejalanin tugas yang berat, banyak kegiatan dan sebaginya.

8. Keep a Sleeping Journal 
Tiap orang kan beda-beda ya, ada mungkin yang lebih enak kalo ngerjain tugas di pagi hari. Jadi, malem tidur, trus besoknya bangun pagi-pagi buat ngerjain tugas. Nah, inilah fungsi dari sleeping jurnal, ngebantu kamu untuk nemuin pola tidur yang paling cocok. Catet deh tiap hari gimana kamu tidur, lebih enak kena matahari ato ngga saat bangun, lebih enak makan dulu atau ngga sebelum tidur, sampe kamu nemuin pola tidur yang cocok buat kamu.  

Minggu, 24 Oktober 2010

14 Things To Do When Bad Mood Attacks

Bad mood rasanya sulit untuk dihindari. Mau nggak mau, ada kalanya kita pasti ngerasa bad mood. But, ini bisa diatasin. Nah, berikut ini adalah cara-cara simple yang bisa kamu lakuin saat bad mood itu menyerang. Semoga bermanfaat!

1. Lakuin sesuatu yang baek buat orang lain. Berikan batuan atau beri dia sesuatu yang akan membantu dia ngelakuin sesuatu (Efesus 4:2)

2. Putar musik yang “kamu banget”. Mau keras atau pelan muternya, It’s up to you! Yang penting itu bisa bikin kamu tenang ‘n rileks.

3. Teleponlah sahabatmu dan tanyalah apakah kalian berdua bisa hang out bareng. Jalan bareng sahabat biasanya bisa ngilangin bad mood.

4. Sing a song (some songs), sekeras mungkin, seliar mungkin, jangan pusingin masalah nada benar atau nggak. Kalo di rumah ngga memungkinkan karena tetangga pasti ngamuk, kamu bisa pergi ke tempat karaoke. Sekarang udah banyak tempat yang dibangun khusus buat karaoke-an bareng temen-temen kamu.

5. Tulis hal-hal yang kamu hargai sekarang ini. Sembarang - bisa barang, bisa orang, bisa pengalaman.

6. Sadari kalo kamu tuh nggak sendirian. Banyak juga remaja cewek yang kadang ngalamin apa yang namanya bad mood (1 Petrus 5:9)

7. Melihat-lihat foto-foto kuno. Kalo ada foto-foto yang bareng temen-temen. Setiap foto pasti menyimpan sebuah cerita, kenang kembali cerita atau pengalaman masa lalu yang menyenangkan itu.

8. Rencanakan sebuah liburan. Bisa dengan temen-temen atau keluarga.

9. Tulis segala sesuatu yang kamu pengen. Bisa soal barang, relasi, kerjaan, sekolah, gaya hidup, dan sebaginya. Lalu setelah itu pasang daftar itu di mana kamu bisa melihatnya.

10. Tulis surat buat dirimu sendiri untuk masa depan. Lalu sembunyikan suray itu di tempat yang nggak pernah kamu sentuh, bisa di sudut lemari, kantong jaket yang ngga pernah kamu pake, dan sebagainya. Lupakan surat itu pernah ada, sampe kamu nemuin surai itu secara nggak sengaja.

11. Catat hari ulang tahun “pahlawan-pahlawan” pribadimu dan rencanain sesuatu sebagai wujud kalo kamu menghargai ‘n mensyukuri keberadaan mereka ‘n apa yang mereka udah lakuin.
 
12. Jangan anggurin fasilitass video yang hapemu miliki. Buatlah diary dalam bentuk video. It must be fun! Tapi, jangan yang kontennya berbahaya, mengandung unsur kekerasan atau pornografi ya!

13. Berpikir positif. Meski sekarang ini kamu lagi ada masalah, percaya deh kalo segala sesuatu akan jadi lebih baek.

14. Curhat. Yang satu ini rasanya nggak boleh terlewatkan. Curhat kadang akan membuat perasaan jadi plong (kayak habis makan permen mint yang ada bolongan di tengahnya) ‘n akhirnya bad mood ngacir. Tuhan selalu bisa jadi sahabat yang mau ngedengerin curhatmu (Filipi 4:6)

Minggu, 17 Oktober 2010

♣ Albert ♣


Bekerja di sebuah rumah sakit tempat merawat pasien yang baru mengalami stroke merupakan sebuah pilihan yang tidak boleh ragu-ragu. Mereka biasanya sangat ingin hidup atau justru ingin segera mati. Ini tampak dari sorot mata mereka. Albert mengajariku banyak hal tentang stroke.
Pada suatu petang ketika aku sedang berkeliling melakukan pemeriksaan, aku bertemu dengannya, meringkuk dalam posisi seperti janin dalam kandungan. Ia seorang pria tua berwajah pucat pasi dengan tampang seperti orang mati, kepalanya hampir tidak kelihatan di balik selimutnya. Ia tidak bereaksi ketika aku memperkenalkan diri, dan ia tidak menyahut sepatah kata pun ketika aku mengatakan bahwa ia harus “segera” makan malam.
Di ruang jaga perawat, seorang perawat junior memberiku sedikit informasi tentang dirinya. Ia tidak memiliki siapa pun. Ia merasa telah hidup terlalu lama. Istrinya telah tiga puluh tahun meninggal, kelima anakaya entah berada dimana.
Baiklah, mungkin aku dapat menolongnya. Sebagai seorang janda yang meskipun bertubuh subur namun cukup cantik dan jarang bergaul dengan kaum pria di luar pekerjaan, kupikir aku dapat memuaskan salah satu kebutuhanku. Anggap saja ini sebuah petualangan.
Keesokan harinya aku mengenakan pakaian ynag bukan seragam seperti biasanya, tetapi tetap berwarna putih. Lampu tidak kunyalakan. Tirai kututup rapat.
Albert langsung membentak, menyuruhku keluar. Aku justru menarik sebuah kursi ke dekat pembaringannya, kemudian duduk dengan kaki menyilang dan dagu agak tengadah. Aku memberinya senyum yang sesempurna mungkin.
“Tinggalkan aku. Aku ingin mati.”
“Apa tidak salah? Di luar sudah banyak wanita menunggu.”
Ia tampak agak tersinggung. Tetapi aku berbicara panjang lebar tentang betapa aku senang bekerja di unit rehabilitasi karena aku dapat mendorong orang mencapai potensi maksimum mereka. Ini tempat yang penuh dengan kemungkinan. Ia tidak menyahut sepatah kata pun.
Dua hari kemudian ketika aku mendapatkan giliran jaga, aku diberitahu bahwa Albert telah menanyakan kapan aku bertugas di situ lagi. Kawan-kawan di situ menyebut pria itu “pacarku” dan gosip ini segera beredar. Aku tidak pernah membantah. Bahkan di luar kamarnya, aku berseru kepada yang lain untuk tidak mengganggu “Albert-ku.” Dalam waktu tidak lama Albert belajar duduk, menggantungkan kakinya di sisi pembaringan untuk melatih keseimabangan. Ia juga bersedia menjalani fisioterapi asalkan aku mau datang lagi untuk “mengobrol.”
Dua bulan kemudian, Albert sudah menggunakan alat bantu berjalan. Dan pada bulan ketiga, ia meningkat ke penggunaan sebatang tongkat penyangga. Pada hari ketika ia diperbolehkan pulang, kami merayakannya dengan sebuah pesta. Albert dan aku berdansa dengan iringan lagu Edith Piaf. Ia bukan pria romantis, tetapi dalam berdansa ia mampu memegang kendali. Aku tak dapat menahan air mataku saat kami harus berpisah.
Secara berkala aku menerima kiriman bunga mawar, bunga krisan, dan kacang yang gurih. Ia telah berkebun lagi. Kemudian pada suatu siang, seorang wanita cantik mengenakan baju ungu muda datang ke tempatku bertugas, meminta bertemu dengan “si penggoda.”
Atasanku memanggil, waktu aku sedang memandikan seorang pasien. “Oh, jadi Anda! Wanita yang mengingatkan Albert-ku bahwa ia seorang pria sejati!” kepalanya tengadah, senyumnya mengembang ketika ia memberiku sebuah undangan untuk datang ke pesta perkawanan mereka.
Magi Hart

Minggu, 10 Oktober 2010

•◘• Pertolongan Lewat Telepon •◘•

Aku pernah bekerja sebagai operator bagian informasi di perusahaan telepon. Untuk menghubungiku, cukup memutar nomor 411. Nomor ini melayani pertanyaan mengenai nomor telepon pelanggan. Namun, banyak orang meyangka, “Wah! Bagian informasi, mereka pasti bisa memberi informasi tentang apa saja.” Aku biasa menerima pertanyaan seperti, “Anda tahu cewek itu? Tempat tinggalnya di sebuah rumah berwarna cokelat di jalan yang itu! Dia dulu temanku sekelas rambutnya cokelat.” Ada pula yang menelepon dengan pertnayaan, “Anda bisa memberi informasi tentang cara membuat selai telur?”

Nah, pada suatu hari ada lagi yang meneleponku. Saat itu menjelang Natal. Pria yang menelepon itu mengatakan dengan nada sangat menyedihkan, “Bu, saya perlu... kucing saya perlu makan.” Suaranya kedengaran sangat putus asa, tetapi aku terpaksa tidak melayani. Menurut peraturan, para operator tidak diperbolehkan memberi informasi apa pun selain nomor telepon pelanggan yang ingin diketahui. Karenanya aku memutuskan sambungan. Pria itu menelopon lagi dan secara kebetulan aku lagi yang menerima. Dan kembali, dengan suaranya yang lemah, ia berkata, “Bu, harap jangan Anda putuskan sambungan. Kasihan kucing saya... ia kelaparan. Satu-satunya yang saya inginkan untuk Natal ini adalah agar kucing itu memperoleh makanan. Tolong, Bu... tolonglah saya.” Aku binggung. Apa yang bisa kulakukan? Suara pria malang itu begitu memelas. Aku harus melakukan sesuatu! Aku buru-buru menanyakan alamatnya lalu kucatat di secarik kertas. Aku mengatakan bahwa aku akan berusaha mambantu. Aku sadar rasanya aku harus mlekukan sesuatu bagi pria malang dan kucingnya itu. Aku mendatangi penyeliaku untuk minta izin meningglakan tugas malam itu. Di luar sudah mulai gelap. Salju mulai turun.

Aku pergi ke toko untuk membeli makanan kucing sekantong besar. Kantong itu kuhiasi dengan pita merah yang besar dengan disertai kartu ucapan salam dari Santa Claus. Setelah itu, dengan berbekal alamat yang kucatat, aku mencari-cari rumah pria tua itu. Ternyata letaknya di daerah kumuh. Ketika aku sampai di sana hari sudah gelap. Hujan salju bertambah lebat. Melalui anak tangga yang reyot, aku naik ke beranda depan rumah. Aku meletakkan kantong berisi makanan kucing, membunyikan bel lalu lari menyembunyikan diri dalam mobil. Dari situ aku memperhatikan pintu. Seorang pria tua yang sudah keriput mambuka pintu. Terlihat senyum di wajahnya ketika ia melihat kantong makanan dan membaca kartu ucapan yang merupakan hadiah Natal terindah yang pernah kuperoleh!

Molly Melville

Minggu, 03 Oktober 2010

ΘΘ Tidak Ada yang Dapat Menghambat Orang Ini ΘΘ

Ketika berumur lima tahun, Glenn Cunningham mengalami luka bakar yang parah di bagian tungkainya. Para dokter yang merawat terpaksa angkat tangan. Menurut mereka, Glenn akan tetap cacat dan terpaksa menggunakan kursi seumur hidupnya. “Ia takkan bisa berjalan lagi,” kata mereka.
Para dokter itu memang memeriksa keadaan tungkainya, namun tidak mungkin mereka bisa melihat ke dalam lubuk hatinya. Glenn tidak memperdulikan kata-kata mereka. Ia bertekad pasti akan bisa berjalan lagi. Sementara masih terkapar di tempat tidur, dengan kakinya yang kurus dan tampak merah bekas luka bakar, ia berikrar, “Minggu depan, aku akan bengun dari tempat tidur. Aku berjalan.” Dan itu benar-benar dilakukannya.

Ibunya bercerita betapa ia sering menyingkapkan tirai dan memandang ke luar, memperhatikan Glenn meraihkan tangan ke atas untuk menggenggam gagang sebuah alat pembajak tanah yang sudah tidak dipakai lagi. Di pekarangan, dengan kedua tangannya menggenggam gagang bajak , ia mulai melatih kakinya yang cacat. Dan dengan setiap langkah yang menyakitkan, semakin dekat pula dia ke tujuan yang telah diikrarkannya, yaitu bisa berjalan lagi. Tidak lama kemudian ia sudah mulai berlari-lari dengan lambat, makin lama makin cepat dengan gerakan semakin pasti. 
“Aku sejak awal sudah yakin akan bisa berjalan lagi, dan ternyata memang bisa. Sekarang aku akan berlari lebih cepat daripada siapa pun.” Dan itu pun berhasil dilakukannya.

Ia menjadi pelari yang tangguh untuk jarak satu mil, dan pada tahun 1936 mencatat prestasi 4:06 menit yang merupakan rekor dunia untuk waktu itu. Ia menerima penghormatan sebagai atlet luar biasa abad ini di Madison Square Garden.

Jeff Yalden