Minggu, 10 Oktober 2010

•◘• Pertolongan Lewat Telepon •◘•

Aku pernah bekerja sebagai operator bagian informasi di perusahaan telepon. Untuk menghubungiku, cukup memutar nomor 411. Nomor ini melayani pertanyaan mengenai nomor telepon pelanggan. Namun, banyak orang meyangka, “Wah! Bagian informasi, mereka pasti bisa memberi informasi tentang apa saja.” Aku biasa menerima pertanyaan seperti, “Anda tahu cewek itu? Tempat tinggalnya di sebuah rumah berwarna cokelat di jalan yang itu! Dia dulu temanku sekelas rambutnya cokelat.” Ada pula yang menelepon dengan pertnayaan, “Anda bisa memberi informasi tentang cara membuat selai telur?”

Nah, pada suatu hari ada lagi yang meneleponku. Saat itu menjelang Natal. Pria yang menelepon itu mengatakan dengan nada sangat menyedihkan, “Bu, saya perlu... kucing saya perlu makan.” Suaranya kedengaran sangat putus asa, tetapi aku terpaksa tidak melayani. Menurut peraturan, para operator tidak diperbolehkan memberi informasi apa pun selain nomor telepon pelanggan yang ingin diketahui. Karenanya aku memutuskan sambungan. Pria itu menelopon lagi dan secara kebetulan aku lagi yang menerima. Dan kembali, dengan suaranya yang lemah, ia berkata, “Bu, harap jangan Anda putuskan sambungan. Kasihan kucing saya... ia kelaparan. Satu-satunya yang saya inginkan untuk Natal ini adalah agar kucing itu memperoleh makanan. Tolong, Bu... tolonglah saya.” Aku binggung. Apa yang bisa kulakukan? Suara pria malang itu begitu memelas. Aku harus melakukan sesuatu! Aku buru-buru menanyakan alamatnya lalu kucatat di secarik kertas. Aku mengatakan bahwa aku akan berusaha mambantu. Aku sadar rasanya aku harus mlekukan sesuatu bagi pria malang dan kucingnya itu. Aku mendatangi penyeliaku untuk minta izin meningglakan tugas malam itu. Di luar sudah mulai gelap. Salju mulai turun.

Aku pergi ke toko untuk membeli makanan kucing sekantong besar. Kantong itu kuhiasi dengan pita merah yang besar dengan disertai kartu ucapan salam dari Santa Claus. Setelah itu, dengan berbekal alamat yang kucatat, aku mencari-cari rumah pria tua itu. Ternyata letaknya di daerah kumuh. Ketika aku sampai di sana hari sudah gelap. Hujan salju bertambah lebat. Melalui anak tangga yang reyot, aku naik ke beranda depan rumah. Aku meletakkan kantong berisi makanan kucing, membunyikan bel lalu lari menyembunyikan diri dalam mobil. Dari situ aku memperhatikan pintu. Seorang pria tua yang sudah keriput mambuka pintu. Terlihat senyum di wajahnya ketika ia melihat kantong makanan dan membaca kartu ucapan yang merupakan hadiah Natal terindah yang pernah kuperoleh!

Molly Melville