Kamis, 16 September 2010

^_" Pamit Tepat Waktu ^_"


Melihat penampilannya, orang akan menyangka bahwa ia itu gembel. Tetapi setelah mengenalnya dengan baik, barulah kita ketahui bahwa ia sesungguhnya berhati mulia. Kebiasaannya setiap hari adalah berjalan, kata yang lebih tepat adalah beringsut-ingsut ke kantor pialang saham untuk mengunjungi teman-temannya dan mengamati perkembangan investasinya. Setiap siang sekitar pukul dua, Billy selalu membuat kami tersenyum menyambut kedatangannya begitu ia muncul di ambang pintu. Topi petnya selalu terpasang miring, dan ia selalu memakai mentelnya yang sudah lusuh dan robek tidak peduli berapa pun suhu udara saat itu, dilengkapi dengan syal di musim dingin dan kemeja yang dikancingkan sampai leher di musim panas, yang tidak pernah ketinggalan adalah senyumnya (yang memamerkan deretan gigi yang berantakan).
Dia adalah pemimpin tidak resmi kali, juru bicara kami. Jika Billy mengatakan sesuatu hal adalah begini, maka begitulah halnya! Ketika itu kami adalah segelintir orang yang berkumpul setiap hari untuk memperhatikan catatan bursa saham dan menunggu kata-kata bijak harian dari Billy. Dengan logat asli London-nya serta kedipan matanya yang menenangkan, ia seakan-akan membuat segala-galanya beres, tidak peduli bagaimana perkembangan pasar saham saat itu atau betapa suramnya keadaan dalam kehidupan sehari-hari. Tahu-tahu, pada suatu hari segala-galanya menjadi kacau. Billy, sahabat kami yang berumur delapan puluh tahun, pemimpin kami, terserang kanker!
Sejak itu perkembangan investasinya bukan hal penting untuk diikuti. Urusan yang penting adalah Billy! Kesehatannya mundur dengan sangat cepat. Satu-satunya keluarganya yang masih hidup adalah seorang kakak perempuan, di Inggris. Karenanya, kamilah yang menjadi keluarganya. Beberapa orang di antara kami bergilir menajaganya di rumah sakit. Garry, sahabat dan konsultan keuangan Billy, hampir selalu ada disana. Kami tidak ingin membiarkan Bily berbaring seorang diri.
Pada suatu malam kami menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Aku menawarkan diri untuk menemani Garry menjaga Billy, tetapi Garry menyuruhku pulang dulu lalu menggantikannya menjaga keesokan harinya. 
Sekitar pukul lima pagi aku dan istriku terbangun mendengar pintu depan diketuk keras-keras. Aku bangun untuk melihat siapa yang datang, tetapi ternyata tidak ada siapa-siapa di luar. Pukul Sembilan Garry menelepon untuk memberitahu bahwa Billy sudah meninggal dunia. “ Pukul berapa?” tanyaku 
“Pukul lima pagi,” jawab Garry. Aku terpana. Hanya ada satu penjelasan bagi kami tentang siapa yang mengetuk pintu rumah kami pagi-pagi pukul lima. Itu adalah Billy yang pamit untuk terakhir kalinya.
Barry Spilchuk