Minggu, 02 Oktober 2011

He Hit Me..


Malam itu, begitu pulang dari makan bareng Ricky cowonya, Ajeng langsung masuk kamar. Dia jalan nunduk sambil tangannya berusaha nutupin mata. Nangis. Yup, mereka berdua tadi barusan berantem karena si Ricky gak seneng liat Ajeng BBM-an sama mantam cowonya. Gak cuma itu, ketika di tengah-tengah pertengkaran, tiba-tiba Ricky menjulurkan tangannya dan “PLAK!”. Muka Ajeng terasa panas. Meski sepanjang perjalanan pulang Ricky berusaha minta maaf berkali-kali dan bilang dia cuma lupa diri, tapi ini kesekian kalinya Ricky melakukannya. Sepanjang malam sampe pagi, Ajeng pun nggak bisa tidur. Ia terus memikirkan perlakuan Ricky tadi. Di satu sisi, Ajeng sayang banget sama Ricky. Dia cowo yang perhatian, tapi juga sangat cemburuan, dan juga mudah emosian sampe gak segan berbuat kasar seperti memukul. Dalam hati kecilnya, Ajeng merasa Ricky udah kelewatan. Dengan status masih sebagai pacar, ia udah berani kasar. Tapi, bukankah anak Tuhan kudu mengasihi dan selalu mengampuni? Akhirnya, Ajeng hanya bisa pasrah dan berdoa menyerahkan semua kepada Tuhan.

Jangan pernah main-main sama masalah satu ini! Ada satu perbedaan tegas antara mengampuni dengan membiarkan orang melakukan kesalahan, Tuhan Yesus pun ketika mngampuni orang selalu berkata, “Jangan berbuat dosa lagi.” Nah, dalam hal hubungan ini ingat bahwa pacaran adalah masa-masa kita untuk mengenal satu sama lain. Ketika kita kemudian mengenal cowo kita sebagai orang yang kasar bahkan sama kita yang notebene akan menjadi pasangan yang kudu dikasihi dan dilindungi, masa sih kita mau biarin dia terus begitu? Bahkan ketika udah nikah pun, suami tetap gak punya hak buat melakukan kekerasan sama istrinya (aturan hukum juga melarang itu). Mendoakan dan memperingatkan dia, tentu adalah satu hal pertama yang kudu kita lakukan, bahkan sejak kita ngeliat tanda-tanda ia suka main kasar (meski bukan dengan diri kita, tapi entah dengan orang lain, adiknya, apalagi ibunya). Namun, ingat juga bahwa memperingatkan pun ada batasnya. Matius 18:15-17 kasih urut-urutannya, dan Kisah Rsul 13:50-51 menunjukkan bahwa ada saatnya kita perlu bersikap tegas saat orang gak mau lagi mendengar nasihat yang benat. Ingat, kasih sejati adalah kasih yang membawa pada kebenaran, dan bukan kasih yang membutakan kita pada sesuatu yang udah jelas salah.