Pada suatu masa ada seorang panglima perang yang mengidaap penyakit mematikan. Karena mengetahui bahwa hidupnya nggak akan lama lagi, maka ia selalu berdiri di barisan perang paling depam, berjuang dengan gagah berani. Toh tak ada bedanya, lebih baik tewas di medan perang daripada terbaring di rumah sakit-sakitan. Setelah beberapa kali berperang, ternyata panglima itu selalu menang dan masih hidip. Raja begitu kagum dengan keberanian beliau dan memutuskan untuk menaikkan pangkatnya. Tapi si panglima kelihatan murung dan sedih. Raja heran dan bertanya, “Hai panglimaku, mengapa engkau bersusah hati?” Si panglima menjawab, “Aku sebenarnya sedang mengidap penyakit yang membawa maut. Apalah arti jabatan tinggi kalau sebentar lagi aku akan mati.” Raja terkejut. Lalu raja mencari tabib yang hebat di seluruh negeri untuk mengobati panglimanya. Akhirnya tabib itu ditemukan, dan penyakit panglima pun dapat disembuhkan. Tapi setelah sembuh, ia malah tidak berani lagi maju berperang.
Girls, kita sering mendengar ketika seseorang hidupnya sudah tidak akan lama lagi karena mengidap suatu penyakit, maka ia akan ‘habis-habisan’ dalam manjalani sisa-sisa hidupnya. Ya, ia akan berjuang mati-matiann agar setiap impiannya dapat tercapai sebelum ajal menjemput. Sungguh sebuah kehidupan yang berbalik 180 derajat, dulu sebelum dokter memvonisnya, ia malah hiduip bermalas-malasan, menjalani hidup asal-asalan aja.
Girls, sebenarnya kita nggak perlu menunggu sampai keadaan berada di ujung tanduk dulu, baru all out untuk Tuhan, keluarga, karir, dsb. Justru ketika kita masih diberi kesehatan, nafas hidup, tenaga, bahkan kemampuan, seperti sekarang ini, kita harus dengan sekuat tenaga berjuang untuk mencapai cita-cita kita. Mari jangan tunggu sampai keadaan darurat menghampiri kita, baru kita mau bertindak, sekaranglah waktunya bagi kita untuk meraih apa pun yang kita impikan.