Jumat, 14 Februari 2014

Cinta itu Memaafkan



Kira-kira apa jadinya cinta jika tidak ada unsur maaf di dalamnya? Apakah cinta akan menjadi sesuatu yang diinginkan manusia atau justru dijauhinya? Tidak perlu bertanya kepada orang lain sebab jawaban dari pertanyaan tersebut pasti adalah cinta menjadi sesuatu yang tidak menarik.
Johan Arnold dalam sebuah tulisannya pernah berkata, "pemaafan adalah pintu perdamaian dan kebahagiaan. Pintu itu kecil, sempit, dan tidak dapat dimasuki tanpa membungkuk." Benar, tanpa merendahkan hati dan rela berkorban memaafkan menjadi hal yang sangat sulit. Memaafkan berarti kita membebaskan lawan. Memaafkan juga berarti kita menyerah pada tuntutan kita sendiri, siap diperlakukan tidak adil serta siap terluka dan siap dikecewakan.
Jika Anda ingin melihat betapa luar biasanya kuasa cinta itu maka Anda harus masuk ke dalam pengalaman memaafkan. Julianto Simanjuntak dan istrinya Roswitha Ndraha, menulis dalam bukunya "Mencinta Hingga Terluka", pengalaman memaafkan adalah pengalaman bebas dari kepahitan, kemarahan, dan kebencian. Oleh karena itu, memaafkan membutuhkan skill atau ketrampilan mengolah hati, emosi, dan pikiran. Ini tidak pernah langsung jadi. Butuh proses.




Pintu Untuk Memaafkan
Julianto Simanjutak dan Roswitha Ndraha menjelaskan ada beberapa cara pandang yang perlu kita ubah agar kita dapat memaafkan orang lain.
1. Semua orang sudah berbuat dosa. Rasul Paulus menegaskan bahwa, "semua orang sudah berbuat dosa dan telah kemuliaan Allah." Titik. Seorang bijak mengatakan: bersalah itu manusiawi dan memaafkan itu ilahi. Demikianlah seharusnya kita melihat semua hubungan kemanusiaan kita. Selalu ada saja kemungkinan orang lain berbuat salah kepada kita dan sebaliknya, kita juga melakukan banyak kesalahan pada Tuhan dan sesama kita.
2. Memahami bahwa orang yang melukai itu justru menyadarkan kita bahwa kita adalah orang yang berdosa yang bisa marah, kecewa, dan sakit hati. Tanpa mereka mungkin kita akan sombong. Kita bakal mengira kita ini orang baik dan tidak pernah melukai orang lain. Akibat yang lebih buruk adalah kita akan merasakan tidak membutuhkan Tuhan dan Juruselamat.
Seringkali kita menjadi lebih dekat dan mencari Tuhan karena ada gesekan dengan sesama kita. Kita membutuhkan pengampunan, sebab tanpa itu kita tak mampu memaafkan.
3. Memberi maaf adalah bukti kualitas hidup orang yang mengenal Tuhan. Memaafkan adalah tanda yang paling jelas dari seorang anak Tuhan. Dalam "Khotbah Di Bukit", Yesus menegaskan kepada pendengarnya demikian, "Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?" (Matius 5:46 Dalam ayat yang lain Yesus berkata, "Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan yang tidak tidak benar." (Matius 5:45).

Langkah Praktis Untuk Memaafkan
Berikut merupakan sejumlah langkah praktis bagi Anda untuk memaafkan orang lain. Cara di bawah telah diikuti banyak orang dan mereka semua merasakan kelepasan dari kepahitan.  
1. Akui kebutuhan Anda untuk mengampuni
Mengakui kebutuhan untuk mengampuni merupakan suatu tanda kesehatan mental yang baik dan bukti sikap yang jujur. Seringkali kita ingin mengakui tapi kita takut untuk ditolak. Kerelaan untuk belajar dan kerendahanhatilah yang akan mengizinkan kesembuhan dimulai. Mulai bersikap jujur dengan Allah, kemudian cari teman yang bisa mengerti keadaan Anda. Kejujuran akan mendatangkan kasih karunia Allah dalam hidup kita.
2. Akui emosi yang negatif.
Beberapa di antara kita mengarungi kehidupan dengan mengumpulkan emosi yang negatif. Kita tidak diajarkan bagaimana mengenali atau mengkomunikasikan perasaan kita sehingga kita menimbun kemarahan, kekecewaan, ketakutan, kepahitan, dan  emosi negatif lain sejak kanak-kanak. Kita menindih emosi negatif. Proses penimbunan emosi ini menghasilkan akibat yang tragis.
Emosi sendiri sebenarnya bukanlah dosa. Emosi dapat menghasilkan sikap berdosa jika diarahkan dengan cara yang negative kepada Allah, diri sendiri, dan orang lain. Untuk memutuskan lingkaran penindasan emosi, mintalah Allah memberi Anda kesempatan mengungkapkannya kepada orang yang mengerti Anda dan mendorong Anda untuk jujur dengan perasaan Anda.
3. Belajar mengampuni
Mengampuni bukan sekedar melupakan kesalahan orang yang dilakukan seseorang terhadap kita. Mengampuni berarti memaafkan orang untuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Cara sederhana untuk belajar mengampuni adalah dengan berdoa pada saat kita terluka. Lepaskan kata-kata berkat dan maaf kepada orang yang melukai kita. Nyatakan bahwa Tuhan telah lebih dahulu mengampuni Anda sehingga tidak ada alasan bagi Anda untuk tidak melakukan itu.
Satu kalimat berikut menjadi penutup untuk artikel ini, "Mengampuni adalah seperti bunga yang memberikan keharumannya kepada orang yang menginjaknya. Cinta itu memaafkan."


"Happy a Valentine ya Guys.."